Apa itu nyontek?
Nyontek adalah membawa catatan khusus untuk dapat disalin ketika ujian atau meniru pekerjaan orang lain dengan cara yang tidak dibenarkan (curang). Tindakan nyontek hanya dilakukan oleh orang-orang yang lemah imannya, yang dirinya lupa bahwa Allah selalu mengawasinya.
Mungkin sudah biasa ya bagi kalangan pelajar atau mahasiswa, dengan sejuta alasan yang ada untuk membenarkan tindakan mencontek mereka tersebut. mulai dari lupa belajar, bahan yang keluar belum diajarin lah sama guru/dosen, materinya belum sampai sana lah, kurang tidur jadi tidak sempat belajar, dan yah masih banyak lagi alasan yang digunakan untuk membenarkan tindakan mencontek yang kayaknya sudah mendarah daging di kalangan pelajar atau mahasiswa.
Parahnya lagi, sekarang mencontek bukan cuman di kalangan pelajar/ mahasiswa. mencontek sudah merambah ke berbagai kalangan. di kalangan musisi, mencontek sering disebut dengan menjiplak karya orang lain.
Nyontek sewaktu ujian, ternyata bukan budaya anak-anak SD aja, bahkan sampai Perguruan Tinggi pun budaya ini masih kental.
Benar juga kata pepatah, ‘Guru Kencing Berdiri, Murid Kencing Berlari.’Kalau gurunya sewaktu kuliah nyontek ketika ujian, muridnya juga ikutan nyontek. Maka 100% murid tidak bisa disalahkan, seharusnya para guru juga instropeksi diri.
Budaya nyontek sewaktu ujian di Negara Indonesia ini telah mengakar kuat pada dunia pendidikan.Sulit untuk dihilangkan, persis sebagaimana budaya korupsi.
Saya pernah bertanya kepada beberapa kelas tentang nyontek, ternyata hasilnya sangat fantastis. 100% pelajarnya sangat setuju dan pernah melakukan kegiatan mencontek, baik dengan bertanya teman, membuka buku catatan, merangkum dengan kertas, bahkan lewat sms.
Sangat besar memang presentasi para pencontek di kalangan pelajar dan mahasiswa pada jaman sekarang. namun sebenarnya, mereka yang mencontek iu tahu gak ya bahaya dari mencontek itu?
Mencontek memiliki tingkat bahaya yang tidak bisa dibilang enteng, bahaya yang dapat saya uraikan adalah sebagai berikut :
1. Bahaya yang paling cepat adalah ketahuan pengawas dan mendapat sanksi dari pengawas, baik itu teguran, peringatan, ataupun langsung dinyatakan gagal dalam ujian yang diikuti.
2. Mencontek memacu adrenalin. karena dengan mencontek berarti kita harus main kucing-kucingan dengan pengawas, sehingga jantung akan berdetak lebih cepat dari biasanya. Deg-degan, takut, dan perasaan yang timbul akibatnya, dapat mengganggu konsentrasi kita dalam ujian.
3. Mencontek menumbuhkan manusia yang berbudaya instan dalam mendapatkan segala sesuatu. Dengan mencontek, manusia akan merasa mudah dalam mendapat kan jawaban dari soal yang sulit, sehingga akan terbawa pada kebiasaan dalam kehidupan dan dapat menumbuhkan rasa malas untuk berusaha, karena sudah terbiasa dengan cara mencotek.
4. Mencontek dapat mengurangi jumlah teman. Haaa…? masa sih? faktanya dengan mencontek , kita menilai orang dari apakah dia mau memberikan contekan kepada kita atau tidak, jika tidak memberikan contekan, maka orang tersebut akan kita cap sebagai orang yang pelit, sehingga kita akan lebih selektif dengan orang tersebut. padahal dengan tidak memberikan jawaban kepada kita, teman kita sebenarnya melatih kita menjadi orang yang mandiri, dan tidak hanya mengandalkan orang lain.
5. Mencontek dapat mematikan kreatifitas. Dengan mencontek, kita lebih cederung malas, seperti pada bahaya yang ke 3. dengan menjadi manusia yang istan, kreatifitas yang ada pada diri kita akan terhambat, sehingga kemampuan dan bakat kita tidak dapat berkembang dengan baik.
Dengan bahaya mencontek yang demikian, apakah kita dibenarkan dan disahkan melakukan kegiatan mencontek?? Dan apakah kita masih mau mencontek?????
Apakah nyontek itu dosa?
Ketika seorang siswa berniat untuk mencontek, tentu ia akan mencari cara bagaimana agar tidak ketahuan oleh sang pengawas. Saat posisi dan waktu telah dirasa aman, mulailah si siswa melakukan aksinya yaitu “mencontek” dengan perasaan dag dig dug takut kalau-kalau aksinya ketahuan oleh sang pengawas. Sungguh apa yang telah dilakukan oleh si siswa tadi sangat sesuai dengan apa yang disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
الْبِرُّحُسْنُ الْخُلُقِ وَالْإِثْمُ مَاحَاك فِي نَفْسِك وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ
“Kebajikan adalah bagusnya akhlak, sedangkan dosa adalah sesuatu yang menggelisahkan jiwamu dan kamu tidak suka apabila hal itu diketahui oleh orang lain.” (HR.Muslim, no 4633)
Nyontek itu sepele?
Kalaulah kita terima pendapat ini yaitu bahwa nyontek merupakan perbuatan yang sepele dan hanya merupakan dosa kecil, maka alangkah indahnya perkataan Ibnul Mu’taz
خلِّ الذُّنوبَ صَغِيرَها وكَبِيرَها فَهْوَالتُّقَى
واصْنَعْ كماشٍ فَوْقَ أَرْضِ الشَّوْكِ يَحْذَرُما يَرَى
لا تَحْقِرَنَّ صغيرةً إنَّ الجِبَالَ مِنَ الحَصَى
“Tinggalkanlah dosa baik yang kecil ataupun yang besar, maka itulah takwa… Jadilah seperti orang yang berjalan di atas tanah yang berduri, tentu ia akan berhati-hati dari apa yang dilihatnya… Janganlah engkau meremehkan dosa-dosa kecil, karena gunungpun adalah dari kerikil…” (Jami’ul Ulum wal Hikam, hal 212. Cet Darul Aqidah)
Namun, jika kita cermati lebih dalam tentang perkara nyontek ini, ternyata nyontek adalah sebuah perkara yang sangat mengerikan dan dianggap besar di dalam Islam. Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
مَن غَشَّنَا فَلَيْس مِنَّا
“Barangsiapa yang berbuat curang, maka ia bukan termasuk golongan kita” (HR. Muslim, no 146).
Jangan hancurkan harga dirimu!
Ibnu Mas’ud meriwayatkan sebuah hadits dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwasanya beliau bersabda
إِنَ الصِّدْق بِرٌّوَإِنَ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَ الْعَبْد لَيَتَحَرَّى الصِّدْق حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَاللَّهِ صِدِّيقًا وَإِنَ الْكَذِبَ فُجُور وَإِنَ الْفُجُورَيَهْدِي إِلَى النَّار وَإِنَ الْعَبْدَ لَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ كَذَّابًا
“Sesungguhnya kejujuran adalah sebuah kebajikan, sedangkan kebajikan akan menuntun seseorang menuju surga. Sesungguhnya seorang hamba bermaksud untuk jujur sampai ia tercatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Adapun sesungguhnya kedustaan adalah sebuah kekejian, sedangkan kekejian akan menuntun seseorang menuju neraka. Sesungguhnya seorang hamba bermaksud untuk dusta sampai ia tercatat di sisi Allah sebagai seorang pendusta.” (HR. Muslim, no 4720).
Maukah kita dicap oleh Allah sebagai seorang pendusta hanya gara-gara kita membiasakan diri untuk selalu menyontek ketika ujian? Sungguh betapa buruk gelar sebagai seorang pendusta!
Apabila seseorang pernah tertangkap basah menyontek, mungkin orang-orang disekitarnya akan menjadi ragu tentang kejujuran dirinya. Gerak-geriknya menjadi selalu diawasi karena khawatir ia akan melakukan sebuah kecurangan. Orang bertipe penyontek akan selalu berusaha mencari-cari kesempatan untuk berbuat curang demi keuntungan pribadinya.
Sesungguhnya setiap apa yang kita lakukan, pasti diketahui oleh Allah Ta’ala, Dzat Yang Maha Mengetahui. Apakah layak bagi seorang muslim tatkala melakukan perbuatan kemaksiatan, ia merasa malu dan khawatir jika diketahui oleh orang lain namun dirinya seolah-olah melupakan Allah Yang Maha Mengetahui sehingga tidak merasa malu dan khawatir kepada-Nya?
“ Apakah mereka tidak mengetahui bahwa Allah mengetahui segala apa yang mereka sembunyikan dan yang mereka nyatakan?” (Al-Baqarah:77)
Mungkin, kadang hati ini terasa sangat berat untuk menerima kebenaran, sangat susah untuk mempelajari ilmu. Anggota badan terasa begitu mudah melakukan kemaksiatan. Demikian pula do’a terasa sangat susah untuk dikabulkan.
Pernahkah kita berfikir, barangkali hati dan anggota badan ini tumbuh dari makanan yang tidak berkah atau mengandung unsur yang haram?
Pernahkah kita berfikir, apakah ijazah dan transkip nilai yang dulu kita gunakan untuk mencari kerja betul-betul asli dan merupakan hasil usaha kita tanpa ada unsur kedustaan dari hasil nyontek?. Rasullullah shallallu ‘alaihi wa sallam bersabda
إِنَّهُ لَا يَرْبُ ولَحْمٌ نَبَتَ مِنْ سُحْتٍ إِلَّا كَانَتِ النَّارُ أَوْلَى بِهِ
“Sesungguhnya daging yang tumbuh dari usaha yang haram maka neraka lebih layak baginya.”(HR.Tirmidzi, no 558. Beliau berkata: Hadits Hasan Gharib)
Apakah seorang penuntut ilmu mampu diharapkan untuk istiqamah ketika berdakwah di tengah-tengah masyarakat, yang tentunya banyak kesulitan dan gannguan yang akan menghadangnya , padahal ia sendiri tidak mampu mengatasi kesulitan kecil pada dirinya ketika menghadapi ujian hingga dirinya nyontek? Allahul Musta’an……
Setelah kita mengetahui betapa jeleknya perbuatan nyontek ini dan dulu kita pernah melakukannya, marilah kita tutup kejelekan tersebut dengan banyak berbuat kebajikan dan bertaubat kepada-Nya. Mudah-mudahan Allah mengampuni dosa-dosa kita.
Akhirnya kita berdoa, mudah-mudahan Allah menyadarkan sebagaian kaum muslimin yang masih memiliki kebiasan nyontek, mengampuni dosa-dosa mereka dan menjadikan budaya nyontek terkubur dalam-dalam hingga tidak tercium lagi oleh kaum muslimin…..Amin
Sumber : http://www.gue-anak.tk